MAKNA KATA " BONE"
MENURUT BAHASA BUGIS
Bone dahulu disebut TANAH BONE.
Berdasarkan LONTARAK bahwa nama asli Bone adalah PASIR, dalam bahasa bugis
dinamakan Bone adalah KESSI (pasir). Dari sinilah asal usul sehingga dinamakan
BONE. Adapun bukit pasir yang dimaksud kawasan Bone sebenarnya adalah lokasi
Bangunan Mesjid Raya sekarang ini letaknya persis di Jantung Kota Watampone Ibu
Kota Kabupaten Bone tepatnya di Kelurahan Bukaka. Kabupaten Bone adalah Suatu
Kerajaan besar di Sulawesi Selatan yaitu sejak adanya ManurungngE Ri Matajang
pada awal abad XIV atau pada tahun 1330. ManurungngE Ri Matajang bergelar MATA
SILOMPO’E sebagai Raja Bone Pertama memerintah pada Tahun 1330 – 1365.
Selanjutnya digantikan Turunannya secara turun temurun hingga berakhir Kepada
ANDI PABBENTENG sebagai Raja Bone ke– 33 Diantara ke – 33 Orang Raja yang telah
memerintah sebagai Raja Bone dengan gelar MANGKAU, terdapat 7 (tujuh) orang
Wanita.
Struktur Pemerintahan Kerajaan Bone dahulu terdiri dari :
• ARUNG PONE (Raja Bone) bergelar MANGKAU
• MAKKEDANGNGE TANAH ( Bertugas dalam bidang hubungan/urusan dengan kerajaan lain (Menteri Luar Negeri)
• TOMARILALENG (Bertugas dalam Bidang urusan dalam daerah Kerajaan lain (Meteri dalam Negeri)
• ADE PITU (Hadat Tujuh)
Terdiri dari Tujuh orang, merupakan Pembantu Utama/Pemimpin Pemerintahan di Kerajaan Bone, masing-masing :
1. ARUNG UJUNG
Bertugas mengepalai Urusan Penerangan Kerajaan Bone.
2. ARUNG PONCENG
Bertugas mengepalai Urusan Kepolisian/Kejaksaan dan Pemerintaha.
3. ARUNG T A’
Bertugas mengepalai Urusan Pendidikan, dan mengetuai Urusan perkara Sipil.
4. ARUNG TIBOJONG
Bertugas mengepalai Urusan perkara/Pengadilan Landschap/ badat besar dan mengawasi urusan perkara Pengadilan Distrik/ badat kecil.
5. ARUNG TANETE RIATTANG
Bertugas mengepalai memegang Kas Kerajaan, mengatur Pajak dan Pengawasan Keuangan.
6. ARUNG TANETE RIAWANG
Bertugas mengepalai Pekerjaan Negeri (Landschap Werken-LW) Pajak Jalan dan Pengawas Opzichter.
7. ARUNG MACEGE
Bertugas mengepalai Urusan Pemerintahan Umum dan Perekonomian.
•PONGGAWA (Panglima Perang )Bertugas dibidang Pertahanan Kerajaan Bone dengan membawahi 3 (tiga) perangkat masing-masing :
1. ANREGURU ANAKARUNG
Bertugas mengkoordinir para anak Bangsawan berjumlah 40 (Empat puluh) orang bertugas sebagai pasukan elit Kerajaan.
2. PANGULU JOA
Bertugas mengkoordinir pasukan dari rakyat Tana Bone yang disebut Passiuno artinya : pasukan siap tempur dimedan perang setiap saat; rela mengorbankan jiwa raganya demi tegaknya Kerajaan Bone dari gangguan Kerajaan lain.
3. DULUNG (Panglima Daerah)
Bertugas mengkoordinir daerah Kerajaan bawahan, di Kerajaan Bone terdapat 2 (dua) Dulung (Panglima Daerah) yakni Dulungna Ajangale dari kawasan Bone Utara dan Dulungna Awang Tangka dari Bone Selatan.
a.JENNANG (Pengawas)
Berfungi mengawasi para Petugas yang menangani bidang pengawasan baik dalam lingkungan istana, maupun dengan daerah/ kerajaan bawahan.
b.KADHI (Ulama) Perangkatnya terdiri dari Imam, Khatib, Bilal, dan lain-lain, bertugas sebagai Penghulu Syara dalam Bidang Agama Islam, Keberadaan Kadhi (Ulama) di Kerajaan Bone ini senantiasa bekerja sama demi kemaslahatan rakyat, bahkan Raja Bone(Mangkau) meminta Fatwa kepada Kadhi khususnya menyangkut hukum islam.
c.BISSU ( Waria) Bertugas merawat benda – benda Kerajaan. Disamping melaksanakan pengobatan tradisional, juga bertugas dalam kepercayaan kepada Dewata SeuuwaE. Setelah masuknya Agama Islam di Kerajaan Bone, kedudukan Bissu di non aktifkan. Waktu bergulir terus maka pada tahun 1905 Kerajaan Bone di kuasai oleh Penjajah Belanda. Kemudian atas persetujuan Dewan Ade PituE Ri Bone nama LALENG BATA sebagai Ibu Kota Kerajaan Bone diganti namanya menjadi WATAMPONE sampai sekarang. Pada tanggal 2 Desember 1905 oleh Pemerintah Belanda di Jakarta menetapkan bahwa adapun pengertian TELLUMPOCCOE ( Tri Aliansi) di Sulawesi Selatan ialah : Bone, Wajo dan Soppeng. Disatukan dalam satu sistem pemerintahan yang dinamakan AFDELING. Dimana Afdeling Bone dibagi menjadi 3 (tiga) bagian dengan nama Onder Afdeling masing-masing :
1. Onder Afdeling Bone Utara Ibu Kotanya Pompanua, Ibu kota Afdeling ini ditempati oleh Asisten Residen.
2. Onder Afdeling Bone Tengah Ibu Kotanya Watampone diperintah oleh Controler.
3. Onder Afdeling Bone Selatan Ibu kotanya Mare diperintah Oleh Aspiran Controler.
Pada tahun 1944 ketika tentara Jepang semakin terdesak oleh Sekutu,Jepang berusaha mengajak rakyat untuk membela Tanah Airnya. Jika di Pulau Jawa dan daerah lainnya terbentuk oleh suatu Wadah untuk menghimpun rakyat untuk mencapai Kemerdekaan, maka di Tana Bone dibentuk suatu Organisasi yang dikenal dengan nama SAUDARA kepanjangan dari SUMBER DARAH RAKYAT. SAUDARA ini dibentuk adalah merupakan persiapan Badan persetujuan yang sesungguhnya berjuang untuk mencegah kembali penjajahan Belanda di Indonesia. Kabupaten Bone setelah lepas dari Pemerintahan Kerajaan, sampai saat ini tercatat 13 (tiga belas) Kepala Daerah di beri kepercayaan untuk mengembang amanah pemerintahan di Kabupaten Bone masing-masing :
1. Andi Pangeran Petta Rani
Kepala Afdeling/ Kepala Daerah Tahun 1951 sampai dengan tanggal 19 Maret 1955.
2. Ma’Mun Daeng Mattiro
Kepala Daerah tanggal 19 Maret 1955 sampai dengan 21 Desember 1957.
3. H.Andi Mappanyukki
Kepala Daerah/ Raja Bone tanggal 21 Desember 1957 sampai dengan 21 1960.
4. Kol. H.Andi Suradi
Kepala Daerah tanggal 21 M e i l960 sampai dengan 01 Agustus 1966.
5. Andi Baso Amir
Kapala Daerah Tanggal 02 Maret 1967 sampai dengan 18 Agustus 1970.
6. Kol. H. Suaib
Bupati Kepala Daerah tanggal 18 – 08 - 1970 sampai dengan 13 Juli 1977.
7. Kol.H.P.B.Harahap
Bupati Kepala Daerah tanggal 13 Juli 1977 sampai dengan 22 Pebruari 1982.
8. Kol.H.A.Made Alie
PGS Bupati Kepala Daerah tanggal 22 Pebruari 1982 sampai dengan 6 April 1982 sampai dengan 28 Maret 1983.
9. Kol.H.Andi Syamsul Alam
Bupati Kepala Daerah tanggal 28 Maret 1983 sampai dengan 06 April 1988.
10. Kol.H.Andi Sjamsul Alam
Bupati Kepala Daerah tanggal 06 April 1988 sampai dengan 17 April l993.
11. Kol. H.Andi Amir
Bupati Kepala Daerah tanggal 17 April 1993 Sampai 2003
12. H. A. Muh. Idris Galigo,SH (Bupati Terpilih 2003-2013)
Struktur Pemerintahan Kerajaan Bone dahulu terdiri dari :
• ARUNG PONE (Raja Bone) bergelar MANGKAU
• MAKKEDANGNGE TANAH ( Bertugas dalam bidang hubungan/urusan dengan kerajaan lain (Menteri Luar Negeri)
• TOMARILALENG (Bertugas dalam Bidang urusan dalam daerah Kerajaan lain (Meteri dalam Negeri)
• ADE PITU (Hadat Tujuh)
Terdiri dari Tujuh orang, merupakan Pembantu Utama/Pemimpin Pemerintahan di Kerajaan Bone, masing-masing :
1. ARUNG UJUNG
Bertugas mengepalai Urusan Penerangan Kerajaan Bone.
2. ARUNG PONCENG
Bertugas mengepalai Urusan Kepolisian/Kejaksaan dan Pemerintaha.
3. ARUNG T A’
Bertugas mengepalai Urusan Pendidikan, dan mengetuai Urusan perkara Sipil.
4. ARUNG TIBOJONG
Bertugas mengepalai Urusan perkara/Pengadilan Landschap/ badat besar dan mengawasi urusan perkara Pengadilan Distrik/ badat kecil.
5. ARUNG TANETE RIATTANG
Bertugas mengepalai memegang Kas Kerajaan, mengatur Pajak dan Pengawasan Keuangan.
6. ARUNG TANETE RIAWANG
Bertugas mengepalai Pekerjaan Negeri (Landschap Werken-LW) Pajak Jalan dan Pengawas Opzichter.
7. ARUNG MACEGE
Bertugas mengepalai Urusan Pemerintahan Umum dan Perekonomian.
•PONGGAWA (Panglima Perang )Bertugas dibidang Pertahanan Kerajaan Bone dengan membawahi 3 (tiga) perangkat masing-masing :
1. ANREGURU ANAKARUNG
Bertugas mengkoordinir para anak Bangsawan berjumlah 40 (Empat puluh) orang bertugas sebagai pasukan elit Kerajaan.
2. PANGULU JOA
Bertugas mengkoordinir pasukan dari rakyat Tana Bone yang disebut Passiuno artinya : pasukan siap tempur dimedan perang setiap saat; rela mengorbankan jiwa raganya demi tegaknya Kerajaan Bone dari gangguan Kerajaan lain.
3. DULUNG (Panglima Daerah)
Bertugas mengkoordinir daerah Kerajaan bawahan, di Kerajaan Bone terdapat 2 (dua) Dulung (Panglima Daerah) yakni Dulungna Ajangale dari kawasan Bone Utara dan Dulungna Awang Tangka dari Bone Selatan.
a.JENNANG (Pengawas)
Berfungi mengawasi para Petugas yang menangani bidang pengawasan baik dalam lingkungan istana, maupun dengan daerah/ kerajaan bawahan.
b.KADHI (Ulama) Perangkatnya terdiri dari Imam, Khatib, Bilal, dan lain-lain, bertugas sebagai Penghulu Syara dalam Bidang Agama Islam, Keberadaan Kadhi (Ulama) di Kerajaan Bone ini senantiasa bekerja sama demi kemaslahatan rakyat, bahkan Raja Bone(Mangkau) meminta Fatwa kepada Kadhi khususnya menyangkut hukum islam.
c.BISSU ( Waria) Bertugas merawat benda – benda Kerajaan. Disamping melaksanakan pengobatan tradisional, juga bertugas dalam kepercayaan kepada Dewata SeuuwaE. Setelah masuknya Agama Islam di Kerajaan Bone, kedudukan Bissu di non aktifkan. Waktu bergulir terus maka pada tahun 1905 Kerajaan Bone di kuasai oleh Penjajah Belanda. Kemudian atas persetujuan Dewan Ade PituE Ri Bone nama LALENG BATA sebagai Ibu Kota Kerajaan Bone diganti namanya menjadi WATAMPONE sampai sekarang. Pada tanggal 2 Desember 1905 oleh Pemerintah Belanda di Jakarta menetapkan bahwa adapun pengertian TELLUMPOCCOE ( Tri Aliansi) di Sulawesi Selatan ialah : Bone, Wajo dan Soppeng. Disatukan dalam satu sistem pemerintahan yang dinamakan AFDELING. Dimana Afdeling Bone dibagi menjadi 3 (tiga) bagian dengan nama Onder Afdeling masing-masing :
1. Onder Afdeling Bone Utara Ibu Kotanya Pompanua, Ibu kota Afdeling ini ditempati oleh Asisten Residen.
2. Onder Afdeling Bone Tengah Ibu Kotanya Watampone diperintah oleh Controler.
3. Onder Afdeling Bone Selatan Ibu kotanya Mare diperintah Oleh Aspiran Controler.
Pada tahun 1944 ketika tentara Jepang semakin terdesak oleh Sekutu,Jepang berusaha mengajak rakyat untuk membela Tanah Airnya. Jika di Pulau Jawa dan daerah lainnya terbentuk oleh suatu Wadah untuk menghimpun rakyat untuk mencapai Kemerdekaan, maka di Tana Bone dibentuk suatu Organisasi yang dikenal dengan nama SAUDARA kepanjangan dari SUMBER DARAH RAKYAT. SAUDARA ini dibentuk adalah merupakan persiapan Badan persetujuan yang sesungguhnya berjuang untuk mencegah kembali penjajahan Belanda di Indonesia. Kabupaten Bone setelah lepas dari Pemerintahan Kerajaan, sampai saat ini tercatat 13 (tiga belas) Kepala Daerah di beri kepercayaan untuk mengembang amanah pemerintahan di Kabupaten Bone masing-masing :
1. Andi Pangeran Petta Rani
Kepala Afdeling/ Kepala Daerah Tahun 1951 sampai dengan tanggal 19 Maret 1955.
2. Ma’Mun Daeng Mattiro
Kepala Daerah tanggal 19 Maret 1955 sampai dengan 21 Desember 1957.
3. H.Andi Mappanyukki
Kepala Daerah/ Raja Bone tanggal 21 Desember 1957 sampai dengan 21 1960.
4. Kol. H.Andi Suradi
Kepala Daerah tanggal 21 M e i l960 sampai dengan 01 Agustus 1966.
5. Andi Baso Amir
Kapala Daerah Tanggal 02 Maret 1967 sampai dengan 18 Agustus 1970.
6. Kol. H. Suaib
Bupati Kepala Daerah tanggal 18 – 08 - 1970 sampai dengan 13 Juli 1977.
7. Kol.H.P.B.Harahap
Bupati Kepala Daerah tanggal 13 Juli 1977 sampai dengan 22 Pebruari 1982.
8. Kol.H.A.Made Alie
PGS Bupati Kepala Daerah tanggal 22 Pebruari 1982 sampai dengan 6 April 1982 sampai dengan 28 Maret 1983.
9. Kol.H.Andi Syamsul Alam
Bupati Kepala Daerah tanggal 28 Maret 1983 sampai dengan 06 April 1988.
10. Kol.H.Andi Sjamsul Alam
Bupati Kepala Daerah tanggal 06 April 1988 sampai dengan 17 April l993.
11. Kol. H.Andi Amir
Bupati Kepala Daerah tanggal 17 April 1993 Sampai 2003
12. H. A. Muh. Idris Galigo,SH (Bupati Terpilih 2003-2013)
A.Sejarah Berdirinya Kabupaten Bone
Kerajaan
Tana Bone dahulu terbentuk pada awal abad ke- IV atau pada tahun 1330, namun
sebelum Kerajaan Bone terbentuk sudah ada kelompok-kelompok dan pimpinannya
digelar KALULA Dengan datangnya LA UBBI yang digelar TO MANURUNG ( Manurungge
Ri Matajang ) atau MATA SILOMPO-E. maka terjadilah penggabungan
kelompok-kelompok tersebut termasuk Cina, Barebbo, Awangpone dan Palakka. Pada
saat pengangkatan TO MANURUNG MATA SILOMPO- E menjadi Raja Bone, terjadilah
kontrak pemerintahan berupa sumpah setia antara rakyat Bone dalam hal ini
diwakili oleh penguasa Cina dengan 10 MANURUNG , sebagai tanda serta lambang
kesetiaan kepada Rajanya sekaligus merupakan pencerminan corak pemerintahan
Kerajaan Bone diawal berdirinya. Disamping penyerahan diri kepada Sang Raja
juga terpatri pengharapan rakyat agar supaya menjadi kewajiban Raja untuk
menciptakan keamanan, kemakmuran, serta terjaminnya penegakan hukum dan
keadilan bagi rakyat. Adapun teks Sumpah yang diucapkan oleh penguasa Cina
mewakili rakyat Bone berbunyi sebagai berikut ;
“ ANGIKKO KURAUKKAJU RIYAAOMI’RI RIYAKKENG
KUTAPPALIRENG ELOMU ELO RIKKENG ADAMMUKKUWA MATTAMPAKO
KILAO.. MALIKO KISAWE. MILLAUKO KI ABBERE.
MUDONGIRIKENG TEMMATIPPANG. MUAMPPIRIKKENG
TEMMAKARE. MUSALIMURIKENG TEMMADINGING “
Terjemahan bebas ;
“ ENGKAU ANGIN DAN KAMI DAUN KAYU, KEMANA BERHEMBUS KESITU
KAMI MENURUT KEMAUAN DAN
KATA-KATAMU YANG JADI DAN BERLAKU ATAS KAMI, APABILA ENGKAU
MENGUNDANG KAMI MENYAMBUT
DAN APABILA ENGKAU MEMINTA KAMI MEMBERI, WALAUPUN ANAK
ISTRI KAMI JIKA TUANKU TIDAK SENANGI KAMIPUN TIDAK
MENYENANGINYA, TETAPI ENGKAU MENJAGA KAMI AGAR TENTRAM,
ENGKAU BERLAKU ADIL MELINDUNGI AGAR KAMI MAKMUR
DAN SEJAHTERA ENGKAU SELIMUTI KAMI AGAR TIDAK KEDINGINAN ‘
KUTAPPALIRENG ELOMU ELO RIKKENG ADAMMUKKUWA MATTAMPAKO
KILAO.. MALIKO KISAWE. MILLAUKO KI ABBERE.
MUDONGIRIKENG TEMMATIPPANG. MUAMPPIRIKKENG
TEMMAKARE. MUSALIMURIKENG TEMMADINGING “
Terjemahan bebas ;
“ ENGKAU ANGIN DAN KAMI DAUN KAYU, KEMANA BERHEMBUS KESITU
KAMI MENURUT KEMAUAN DAN
KATA-KATAMU YANG JADI DAN BERLAKU ATAS KAMI, APABILA ENGKAU
MENGUNDANG KAMI MENYAMBUT
DAN APABILA ENGKAU MEMINTA KAMI MEMBERI, WALAUPUN ANAK
ISTRI KAMI JIKA TUANKU TIDAK SENANGI KAMIPUN TIDAK
MENYENANGINYA, TETAPI ENGKAU MENJAGA KAMI AGAR TENTRAM,
ENGKAU BERLAKU ADIL MELINDUNGI AGAR KAMI MAKMUR
DAN SEJAHTERA ENGKAU SELIMUTI KAMI AGAR TIDAK KEDINGINAN ‘
Budaya
masyarakat Bone demikian Tinggi mengenai sistem norma atau adat berdasarkan
Lima unsur pokok masing-masing : Ade, Bicara, Rapang, Wari dan Sara yang
terjalin satu sama lain, sebagai satu kesatuan organis dalam pikiran masyarakat
yang memberi rasa harga diri serta martabat dari pribadi masing-masing.
Kesemuanya itu terkandung dalam satu konsep yang disebut “ SIRI “merupakan
integral dari ke Lima unsur pokok tersebut diatas yakni pangadereng ( Norma
adat), untuk mewujudkan nilai pangadereng maka rakyat Bone memiliki sekaligus
mengamalkan semangat/budaya ;
SIPAKATAU
artinya : Saling memanusiakan , menghormati / menghargai harkat dan martabat
kemanusiaan seseorang sebagai mahluk ciptaan ALLAH tanpa membeda - bedakan,
siapa saja orangnya harus patuh dan taat terhadap norma adat/hukum yang
berlaku.
SIPAKALEBBI
artinya : Saling memuliakan posisi dan fungsi masing-masing dalam struktur
kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku yang baik sesuai dengan
adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat
SIPAKAINGE
artinya: Saling mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat, pendapat orang
lain, manerima saran dan kritikan positif dan siapapun atas dasar kesadaran
bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kekhilafan Dengan berpegang dan
berpijak pada nilai budaya tersebut diatas, maka system pemerintahan Kerajaan
Bone adalah berdasarkan musyawarah mufakat. Hal ini dibuktikan dimana waktu itu
kedudukan ketujuh Ketua Kaum ( Matoa Anang ) dalam satu majelis dimana
MenurungE sebagai Ketuanya Ketujuh Kaum itu diikat dalam satu ikatan
persekutuan yang disebut KAWERANG, artinya Ikatan Persekutuan Tana Bone. Sistem
Kawerang ini berlangsung sejak ManurungE sebagai Raja Bone pertama hingga Raja
Bone ke IX yaitu LAPPATAWE MATINROE RI BETTUNG pada akhir abad ke XVI.
Pada
tahun 1605 Agama Islam masuk di Kerajaan Bone dimasa pemerintahan Raja Bone ke
X LATENRI TUPPU MATINROE RI SIDENRENG. Pada masa itu pula sebuatan Matoa Pitu
diubah menjadi Ade Pitu ( Hadat Tujuh ), sekaligus sebutan MaTOA MENGALAMI PULA
PERUBAHAN MENJADI Arung misalnya Matua Ujung disebut Arung Ujung dan
seterusnya. Demikian perjalanan panjang Kerajaan Bone, maka pada bulan Mei 1950
untuk pertama kalinya selama Kerajaan Bone terbentuk dan berdiri diawal abad ke
XIV atau tahun 1330 hingga memasuki masa kemerdekaan terjadi suatu demonstrasi
rakyat dikota Watampone yaitu menuntut dibubarkannya Negara Indonesia Timur,
serta dihapuskannya pemerintahan Kerajaan dan menyatakan berdiri dibelakang
pemerintah Republik Indonesia Beberapa hari kemudian para anggota Hadat Tujuh
mengajukan permohonan berhenti.
Disusul
pula beberapa tahun kemudian terjadi perubahan nama distrik/onder distrik
menjadi KECAMATAN sebagaimana berlaku saat ini. Pada tanggal 6 April 1330
melalui rumusan hasil seminar yang diadakan pada tahun 1989 di Watampone dengan
diperkuat Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Bone No.1 Tahun 1990 Seri C, maka
ditetapkanlah tanggal 6 April 1330 sebagai HARI JADI KABUPATEN BONE dan
diperingati setiap tahun .
B.Letak Geografi dan Potensi Alam
Daerah
Kabupaten Bone merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi
Sulawesi Selatan, secara Geografis letaknya sangat strategis karena adalah
pintu gerbang pantai timur Sulawesi Selatan yang merupakan pantai Barat Teluk
Bone memiliki garis pantai yang cukup panjang membujur dari Utara ke Selatan
menelusuri Teluk Bone tepatnya 174
Kilometer sebelah Timur Kota Makassar, luas wilayah Kabupaten Bone 4,556 KM
Bujur Sangkar atau sekitar 7,3 persen dari luas Propinsi Sulawesi Selatan,
didukung 27 Kecamatan, 333 Desa dan 39 Kelurahan, dengan jumlah penduduk
648,361 Jiwa.
Kabupaten Bone berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut ;
- Sebelah Utara Kabupaten Wajo
- Sebelah Selatan Kabupaten Sinjai
- Sebelah Barat Kabupaten Soppeng, Maros, Pangkep dan Barru
- Sebelah Timur adalah Teluk Bone yg menghubungkan Propinsi SulawesiTenggara
Untuk jelasnya 27 Kecamatan di Kabupaten Bone dicantumkan sebagai berikut ;
1. Kecamatan Tanete Riattang
2. Kecamatan Tanete Riattang Barat
3. Kecamatan Tanete Riattang Timur
4. Kecamatan Palakka
5. Kecamatan Awangpone
6. Kecamatan SibuluE
7. Kecamatan Barebbo
8. Kecamatan Ponre
9. Kecamatan Cina
10. Kecamatan Mare
11. Kecamatan Tonra
12. Kecamatan Salomekko
13. Kecamatan Patimpeng
14. Kecamatan Kajuara
15. Kecamatan Kahu
16. Kecamatan Bontocani
17. Kecamatan Libureng
18. Kecamatan Lappariaja
19. Kecamatan Bengo
20. Kecamatan Lamuru
21. Kecamatan Tellu LimpoE
22. Kecamatan Ulaweng
23. Kecamatan Amali
24. Kecamatan Ajangale
25. Kecamatan Dua BoccoE
26. Kecamatan Tellu SiattingE
27. Kecamatan Cenrana
C. Topografi
Kalau
kita amati Kabupaten Bone termasuk daerah tiga demensi yaitu ; Pantai, Daratan
dan Pegunungan, luas sawah sebagai lahan pertanian adalah 455.600 Ha, sehingga
Kabupaten Bone ditetapkan sebagai daerah penyangga beras untuk Propinsi
Sulawesi Selatan yang biasa dikenal dengan istilah BOSOWA SIPILU singkatan dari
Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang dan Luwu, begitu pula daerah pantainya
sangat panjang membujur dari Utara ke Selatan yang menyusuri Teluk Bone dari 27
Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone, 9 diantaranya adalah masuk daerah pantai
seperti Kecamatan Cenrana, Tellu SiantingE, Awangpone, Tanette Riattang Timur,
SibuluE, Mare, Tonra, Salomekko dan Kajuara, dengan demikian sumber mata
pencaharian penduduk Kabupaten Bone sebagaian besar adalah Petani dan Nelayan.
Pemanfaatan lahan ;
- Sawah : 455.600 Ha
- Kebun / Tegalan : 55.052 Ha
- Hutan : 162.995 Ha
- Tambak : 1.450 Ha
D. Pemerintahan di Era Otoda
Otonomi
daerah yang sebagaimana digariskan oleh Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 yang
secara efektif diberlakukan pada 1 Januari 2001, memang akan menyita berbagai
pemikiran bagi pemerintah ditingkat Kabupaten Karena dalam pelaksanaannya
memerlukan transportasi para digmatik terutama dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah, dari pemikiran ini pemerintah Kabupaten Bone berupaya
merumuskan langkah-langkah yang strategis serta berbagai kebijakan untuk
menjawab tuntutan yang sifatnya mendesak seperti peningkatan Sumber Daya
Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Potensi Bone merupakan salah satu daerah
yang berada dipesisir Timur Sulawesi Selatan memiliki peranan yang penting
dalam perdagangan Barang dan jasa dikawasan Timur Indonesia, apalagi Kabupaten
yang berpenduduk 648.361 Jiwa memiliki Sumber Daya Alam disektor pertambangan
misalnya bahan industry atau bangunan, emas, tembaga, perak, batubara dan pasir
kuarsa. Seluruhnya dapat dieksplorasi dan eksploitasi, namun hal ini akan
menjadi peluang emas bagi masyarakat Bone dalam peningkatan Kesejahteraan
dimasa yang akan dating dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sedikitnya hal ini
akan menjadi penunjang utama peningkatan pembangunan.
0 komentar:
Posting Komentar